MAKALAH
STRATEGI BERSAING DALAM MENGHADAPI
REVOLUSI INDUSTRI 4.0
Disusun
Oleh :
DEDI
SAPUTRA
A. Latar Belakang
Saat ini, dunia tengah memasuki era revolusi industri 4.0 atau revolusi industri dunia
keempat dimana teknologi telah menjadi basis dalam kehidupan manusia. Segala hal menjadi tanpa
batas dan tidak terbatas akibat perkembangan internet dan teknologi digital yang mempengaruhi dunia pendidikan.
Perkembangan pendidikan di dunia tidak lepas dari adanya perkembangan
dari revolusi industri yang terjadi di dunia, karena secara tidak langsung
perubahan tantangan ekonomi turut merubah tatanan pendidikan di suatu negara. Keberhasilan
suatu Negara dalam menghadapi revolusi rndustri 4.0, turut ditentukan oleh
kualitas dari pendidik seperti guru. Para guru dituntut menguasai keahlian,
kemampuan beradaptasi dengan teknologi baru dan tantangan global. Dalam situasi
ini, setiap lembaga pendidikan harus mempersiapkan oritentasi dan literasi baru
dalam bidang pendidikan. Literasi lama yang mengandalkan baca, tulis dan
matematika harus diperkuat dengan mempersiapkan literasi baru yaitu literasi
data, teknologi dan sumber daya manusia. Literasi data adalah kemampuan untuk
membaca, analisa dan menggunakan informasi dari data dalam dunia digital.
Kemudian, literasi teknologi adalah kemampuan untuk memahami sistem mekanika
dan teknologi dalam dunia kerja. Sedangkan literasi sumber daya manusia yakni
kemampuan berinteraksi dengan baik, tidak kaku, dan berkarakter.
B. Rumusan Masalah
1. Apa
Yang Dimaksud Dengan Revolusi Industri 4.0.?
2. Bagaimana
Karakteristik dan Tujuan Revolusi Industri 4.0.?
3. Apa
Saja Tantangan Pendidikan di Era Industri 4.0.?
4. Bagaimana
Perubahan Sistem Pendidikan di Era Industri 4.0.?
5. Apa
Yang Harus Dilakukan Terhadap Revolusi Industri 4.0.?
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui
Pengertian Revolusi Industri 4.0.
2. Mengetahui
Karakteristik dan Tujuan Revolusi Industri 4.0.
3. Mengetahui
Tantangan Pendidikan di Era Industri 4.0.
4. Mengetahui
Perubahan Sistem Pendidikan di Era Industri 4.0.
5. Mengetahui
Apa Yang Harus Dilakukan Terhadap Revolusi Industri 4.0.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Revolusi Industri 4.0
Merujuk
beberapa literatur Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Revolusi industri
terdiri dari 2 kata yaitu revolusi dan industri. Revolusi berarti perubahan
yang bersifat sangat cepat, sedangkan pengertian industri adalah usaha
pelaksanaan proses produksi. Apabila ditarik benang merah maka pengertian
revolusi industri adalah suatu perubahan yang berlangsung cepat dalam
pelaksanaan proses produksi dimana yang semula pekerjaan proses produksi itu
dikerjakan oleh manusia digantikan oleh mesin, sedangkan barang yang diproduksi
mempunyai nilai tambah (value added) yang komersial.
Pada konteks
revolusi industri dapat diterjemahkan proses yang terjadi sebenarnya adalah
perubahan sosial dan kebudayaan yang berlangsung secara cepat dan menyangkut
dasar kebutuhan pokok (needs) dengan keinginan (wants) masyarakat. Perjalanan
perubahan dalam revolusi yang terjadi dapat direncanakan atau tanpa
direncanakan terlebih dahulu dan dapat dijalankan tanpa kekerasan atau melalui
kekerasan.
Dasar perubahan
ini sebenarnya adalah pemenuhan hasrat keinginan pemenuhan kebutuhan manusia
secara cepat dan berkualitas. Revolusi Industri telah mengubah cara kerja
manusia dari penggunaan manual menjadi otomatisasi atau digitalisasi. Inovasi
menjadi kunci eksistensi dari perubahan itu sendiri.
Jadi dapat disimpulkan
bahwa Revolusi Industri 4.0 yaitu perubahan yang berlangsung cepat dengan
memanfaatkan teknologi dan big data, dalam pelaksanaan proses produksi yang
dulunya dilakukan oleh manusia sekarang digantikan oleh mesin atau menggunakan
teknologi baru.
B. Karakteristik dan Tujuan Revolusi
Industri 4.0
Revolusi
industri ke 4 saat ini, yang telah dimulai tahun 2000an, membuat otomatisasi
sudah semakin jauh berkembang utamanya pada sistem produksi siber-fisik
(cyber-physical). Hal ini secara luas telah melampaui perkembangan teknologi
yang dikenal dengan pabrik pintar (smart factories), industri internet of
things, smart industry, ataupun advance manufacturing (Kinzel, 2016).
Karakteristik
industri 4.0 adalah kombinasi dari beberapa perkembangan teknologi-teknologi
terbaru (Kinzel, 2016), yaitu:
1. Sistem
siber-fisik (cyber-physical systems).
Sistem
Siber-Fisik Sistem siber-fisik (cyber-physical systems) meningkatkan kemampuan
untuk mengontrol dan memonitor proses fisik, dengan bantuan sensor, robot
cerdas, drone, printer 3D dan lain sebagainya. Dalam cyber-physical systems,
komponen fisik seperti printer 3D, drone dan robot, serta komponen perangkat
lunak seperti analisa data dan teknologi sensor semua disatukan ke dalam
jaringan (network) yang saling berinteraksi antar elemennya. Pada saat input
awal dan produk akhir yang biasanya berbentuk fisik, informasi biasanya
dipindahkan antara kondisi fisik dan digital selama proses manufaktur
berlangsung. Sebagai contoh, aktivitas memindai (scan) komponen fisik yang
menghasilkan representasi model digital sesuai dengan hasil pindaiannya. Data
digital ini kemudian dapat dirubah ke bentuk informasi fisik lagi menggunakan
printer 3D.
2. Teknologi
Informasi dan komunikasi (information and communication technology).
Digitalisasi
dan menyebarluasnya aplikasi ICT memungkinkan untuk mengintegrasikan semua
sistem diseluruh pasokan dan rantai nilai sehingga dapat mengagregasikan data
di semua level. Seluruh informasi terdigitalisasi dan kesesuaian sistem di
dalam dan antar perusahaan terintegrasi dalam setiap tahapan antar pembuatan
dan penggunaan siklus hidup produk (Kinzel, 2016). Manufaktur produk
pintar (smart product) akan mengambil peran tambahan dari tujuan utamanya: sebagai
wadah informasi yang mengumpulkan informasi sepanjang rantai suplai dan siklus
hidupnya; sebagai agen; produk secara aktif memberikan pengaruh kepada
lingkungan, dan sebagai observer; produk memonitor dirinya sendiri dan
lingkungannya (Wahlster, 2012). Sebagai contoh, item pakaian dapat memonitor
berapa lama keusangannya atau sebarap sering telah dicuci, untuk dilaporkan ke
pabrik dalam rangka untuk memproduksi penggantinya saat dibutuhkan (Kinzel,
2016). Pengembangan sektor ICT saat ini telah membentuk pondasi industri 4.0,
sebagai proses industrialisasi yang telah mulai untuk melampaui otomatisasi
sederhana dari produksi yang telah dimulai pada awal 1970an (Schlaepfer, 2014).
3. Jaringan
komunikasi (network communications).
Komunikasi
Jaringan (Network Communications) Semua peralatan ini, baik pada pabrik
manufaktur, pemasok dan distributor semua terhubung melalui teknologi internet
dan wireless (Kinzel, 2016). Jaringan komunikasi dengan kualitas tinggi yang
terpercaya menjadi kebutuhan paling penting bagi industri 4.0 dan karenannya
sangat penting untuk mengembangkan infrastruktur jaringan internet di mana
dibutuhkan (Kagermann, 2013). Jaringan dengan kemampuan internet yang tinggi
mampu menghubungkan antar komponen ini sehingga dapat melakukan desentralisasi
dan pengaturan mandiri dari pengoperasian sistem siber-fisik (cyber-physical
systems).
4. Big data dan cloud computing.
Big Data and
Cloud Computing Dengan penggunaan big data dan komputasi awan (cloud
computing), informasi yang diambil melalui jaringan ini dapat digunakan untuk
memodelkan, memvirtualisasi dan mensimulasi produk dan proses manufakturnya.
Model ini disebut sebagai kembar digital (digital twins), atau peralatan
bayangan (device shadows). Digital twins adalah pendamping komputerisasi
(computerized companion) dari asset fisik yang mampu melakukan monitoring,
diagnosis, dan prognosis asset secara langsung (real time).
5. Peningkatan
kemampuan peralatan untuk interaksi dan kooperasi manusia-komputer
(human-computer).
Peralatan Yang
Ditingkatkan Kemampuannya (Improved Tools) Untuk melakukan kontrol terhadap
proses tersebut, tempat kerja manusia dipasok dengan peralatan ICT yang dibuat
dan digunakan untuk perkembangan dalam augmented reality dan robot cerdas.
Sistem siber-fisik pada industri 4.0 memiliki tujuan utama untuk membantu
manusia dalam pekerjaan sehari-hari. Mereka menyertakan pembantu fisik
exoskeletons, context-adaptive sistem untuk mendiagnosa kesalahan, sistem
perencanaan dan perawatan berbasis waktu, mobile, personalisasi, sistem tutor
yang adaptive terhadap situasi, dan lain-lain. Fitur kunci dari semua sistem
pembantu tersebut adalah non-intrusiveness, contextadaptiveness, personalisasi,
berbasis lokasi dan mobilitas. Untuk memastikan pengunaan secara optimal dan efisien,
sistem-sistem tersebut harus didesain secara baik, dengan memperhatikan
kemungkinan untuk dapat merespon ucapan, gerak, treking mata, bahasa tubuh,
ekspresi wajah, gerakan fisik dan grafik - grafik (Wahlster, 2012). Aspek
sentral dari industri 4.0 adalah antar muka (inter face) nya dengan
infrastruktur pintar lainnya, seperti, bangunan pintar (smart building), rumah
pintar (smart home), logistik pintar (smart logistic), mobilitas dan jaringan,
serta konektifitas terhadap bisnis dan web sosial (Kagermann, 2013; Schlaepfer,
2014). Hal ini sangat penting bahwa area-area kunci ini dipertimbangkan ketika
mengimplementasikan industri 4.0. karenanya, dapat dikatakan, bahwa efek dari
industri 4.0 tidak terbatas pada manufacturing namun juga berpengaruh kepada
berbagai aspek kehidupan manusia.
6. Pemodelan
(modeling), virtualisasi (virtualization), dan simulasi (simulation).
Pemodelan,
virtualisasi serta simulasi ini masuk kepada Big Data and Cloud Computing
Dengan penggunaan big data dan komputasi awan (cloud computing), informasi yang
diambil melalui jaringan ini dapat digunakan untuk memodelkan, memvirtualisasi
dan mensimulasi produk dan proses manufakturnya.
Jadi dapat
disimpulkan Karakteristik model dari Industri 4.0 adalah kombinasi dari
beberapa perkembangan teknologi terbaru seperti sistem siber fisik, teknologi
informasi dan komunikasi, jaringan komunikasi, big data dan cloud computing,
pemodelan, virtualisasi, simulasi serta peralatan yang telah dikembangkan untuk
kemudahan interaksi manusia dengan komputer.
C. Tantangan Pendidikan di Era Industri 4.0
Revolusi
Industri 4.0 merupakan istilah yang diutarakan Prof. Klaus Martin Schwab,
teknisi, ekonom Jerman dan pendiri Executive Chairman World Economic Forum. Era
Revolusi Industri 4.0 menghadirkan lini usaha baru, lapangan kerja, serta
profesi baru. Siapa yang menyangka muncul pekerjaan sebagai buzzer politik,
admin media sosial, juga brand endorser. Ancamannya, profesi dan lapangan kerja
yang tergantikan mesin kecerdasan buatan dan robot.
Revolusi telah
terjadi sepanjang sejarah ketika teknologi baru dan cara baru untuk memahami
dunia memicu perubahan besar dalam sistem ekonomi dan struktur social. Revolusi
Industri 4.0 tidak hanya mesin dan sistem cerdas, cakupannya jauh lebih luas
karena terjadi bersamaan, yaitu berupa gelombang terobosan di berbagai bidang,
sekuensing gen hingga nanoteknologi, dari energi terbarukan hingga komputasi
kuantum.
Revolusi
digital dan era disrupsi teknologi merupakan istilah lain dari Industri 4.0.
Disebut revolusi digital karena terjadinya proliferasi komputer dan otomatisasi
pencatatan di semua bidang. Ada beberapa tantangan industri 4.0 :
1. Pertama,
keamanan teknologi informasi.
2. Kedua,
keandalan dan stabilitas mesin produksi.
3. Ketiga,
kurangnya keterampilan memadai.
4. Keempat,
keengganan berubah pemangku kepentingan.
5. Kelima,
hilangnya banyak pekerjaan karena berubah menjadi otomatisasi.
Posisi manusia
di Indonesia saat ini dalam masa disrupsi atau tercerabut. Jika dulu mau pergi ke
suatu tempat harus menunggu angkutan lewat, kemudian muncul taksi. Setelah
taksi menjamur, muncul kendaraan online seperti Go-jek dan Go-car. Dulu orang
ketika mau mencukur rambut cukup datang ke tukang cukur tradisional. Era kini
memunculkan industri barbershop yang modern dan praktis.
Irianto dalam
karya Industry 4.0; The Challenges of Tomorrow (2017), menyebut tantangan
Industri 4.0 meliputi beberapa hal. Pertama, kesiapan industri. Kedua, tenaga
kerja terpercaya. Ketiga, kemudahan pengaturan sosial budaya. Keempat,
diversifikasi dan penciptaan lapangan kerja dan peluang industri 4.0 yaitu
inovasi ekosistem, basis industri yang kompetitif, investasi pada teknologi dan
integrasi Usaha Kecil Menengah (UKM) dan kewirausahaan.
Apakah hanya
dunia kerja dan digital secara luas? Tentu tidak. Tantangan era Revolusi
Industri 4.0 kompleks sekali. Belum lagi di dunia pendidikan, semua sudah
berkonversi di dunia digital. Jika dulu cukup sistem manual, kuno, primitif,
saat ini semua harus serba siber. Contohkan e-library (perpustakaan digital),
e-learning (pembelajaran digital), e-book (buku online), dan lainnya.
Peralihan gaya
mengajar bergeser dari teacher center ke student center yang tentu dapat
meningkatkan minat belajar siswa. Pemanfaatan teknologi informasi dan
komunikasi dalam pembelajaran menjadi inovasi pembelajaran berdampak positif.
Tidak hanya dari segi minat belajar namun juga dari hasil belajar. Penggunaan
berbagai aplikasi digital, CD pembelajaran interaktif, ebook, website, dan gaya
belajar digital lainnya merupakan alternatif paperless. Guru tidak perlu
mencetak berlembar-lembar soal tes bagi siswanya. Siswa dapat menempuh evaluasi
dengan berbagai aplikasi online seperti edmodoo dan kahoot.
Dari penjelasan
tersebut dapat disimpulkan bahwa tantangan era Revolusi Industri 4.0 sangat
komplek. Pertama, keamanan teknologi informasi yang menyasar ke dunia
pendidikan. Kedua, keandalan dan stabilitas mesin produksi. Ketiga, kurangnya
keterampilan yang memadai. Keempat, keengganan untuk berubah para pemangku kepentingan.
Kelima, hilangnya banyak pekerjaan karena otomatisasi. Keenam, stagnasi
pemanfaatan teknologi, informasi, dan komunikasi. Ketujuh, belum meratanya
perubahan kurikulum, model, strategi, pendekatan dan guru dalam pembelajaran
yang menguatkan literasi baru. Perkembangan era Revolusi Industri 4.0 yang
ditandai dengan masifnya perkembangan digital technology, artificial
intelligence, big data, robotic, dan lainnya menjadi proyek bersama semua
lembaga pendidikan untuk menjawabnya. Meskipun tidak bisa pada semua aspek,
minimal lembaga pendidikan tingkat dasar fokus pada penguatan literasi baru.
D. Perubahan Sistem Pendidikan di Era Industri
4.0
Perkembangan
teknologi digital di era Industri 4.0 saat ini telah membawa perubahan dan
mempengaruhi berbagai aspek kehidupan manusia, termasuk di bidang pendidikan. Hoyles
& Lagrange (2010) menegaskan bahwa teknologi digital adalah hal yang paling
mempengaruhi sistem pendidikan di dunia saat ini. Hal ini disebebkan karena
aspek efektivitas, efisiensi dan daya tarik yang ditawarkan oleh pembelajaran
berbasis teknologi digital. Jika pada tahun 1980an, benda-benda kongkrit
artifisial mendominasi penggunaannya sebagai alat visualisasi konsep-konsep
abstrak, kini visualisasi berbasis teknologi digital marak digunakan sebagai
alat bantu yang lebih efektif, efisien, interaktif, dan attraktif. Jika pada
tahun 1990an, penggunaan alat hitung berbasis digitial, seperti kalkulator,
dihindari penggunaannya di sekolah dikarenakan asumsi bahwa alat tersebut dapat
merusak mental matematika siswa, kini kalkulator dipandang memiliki nilai
edukasi untuk meningkatkan kemampuan siswa kepekaan bilangan siswa dan membantu
dalam pemecahan masalah matematika.
Dewan Nasional
Guru Matematika NCTM (National Council Of Teacher Of Mathematics)
(2000) menegaskan bahwa integrasi teknologi dalam pembelajaran paling tidak
memiliki tiga dampak yang positif dalam pembelajaran matematika, yaitu :
1. teknologi
dapat meningkatkan capaian pembelajaran matematika
2. Teknologi
dapat meningkatkan efektivitas pengajaran matematika
3. Teknologi
dapat mempengaruhi apa dan bagaimana matematika itu seharusnya dipelajari dan
dibelajarkan.
Sejalan
dengan NCTM (2000), berbagai penelitian menunjukkan bahwa siswa dapat belajar
matematika lebih kaya dan mendalam ketika teknologi digunakan dengan ‘tepat
guna’ dalam pembelajaran matematika (seperti Drijvers, Boon & Van Reeuwijk,
2010; Ellington, 2003; Heid, 1988; Dunham and Dick 1994; Sheets 1993; Boersvan
Oosterum 1990; Rojano 1996; Groves 1994).
Meskipun
berbagai riset menunjukkan dampak positif dari pengintegrasikan teknologi
digital dalam pembelajaran matematika, masih banyak ditemukan pendidikan
matematika lainnya yang meragukan hal tersebut. Misalnya, studi awal kami
menemukan bahwa guru masih menyimpan kekhawatiran terkait implementasi
teknologi dalam pembelajaran matematika. Mereka masih berasumsi bahwa teknologi
digital dalam pembelajaran matematika akan memberikan dampak buruk terhadap
pembelajaran matematika. Misalnya, pengenalan mesin kalkulator sebagai alat
hitung akan menyebabkan ketergantungan siswa terhadap mesin hitung tersebut,
yang kemudian berakibat pada buruknya kemampuan siswa dalam melakukan
perhitungan. Selain itu, penggunaan teknologi digital dikhawatirkan
disalahgunakan oleh siswa yang akibatnya siswa tidak mempelajari apa yang
seharusnya dipelajari. Misalnya, ketika siswa bekerja dengan alat pembelajaran
berbasis teknologi digital, mereka lebih disibukkan dengan mencoba-coba fitur
pada alat belajar tersebut, bukan pada penemuan pelajaran berbantuan alat
tersebut.
Meskipun
demikian, mereka menyadari bahwa teknologi dalam pembelajaran tidak dapat
dihindari dan ada keyakinan pada diri mereka bahwa teknologi dapat memberikan
dampak positif jika dilakukan dengan tepat guna.
Jadi
dapat disimpulkan bahwa era industry 4.0 membawa perubahan serta dapat
mempengaruhi system pendidikan karena aspek efektivitas, efisiensi dan daya
tarik yang ditawarkan oleh pembelajaran berbasis teknologi digital. Yang
dulunya menggunakan alat hitung berbasis digital dihindari karena alat tersebut
dapat merusak mental siswa, sekarang alat hitung digital yang sering disebut
kalkulator kini digunakan dan dipandang untuk meningkatkan kemampuan siswa.
E. Apa Yang Harus Dilakukan Terhadap
Revolusi Industri 4.0
Perubahan dalam
pembelajaran sesuai dengan era industry 4.0 akan berdampak pada peran
pendidikan vokasi khususnya peran pendidiknya. Jika peran pendidik masih
mempertahankan sebagai penyampai pengetahuan, maka mereka akan kehilangan peran
seiring dengan perkembamgan teknologi dan perubahan metode pembelajarannya.
Kondisi tersebut harus diatasi dengan menambah kompetensi pendidik yang
mendukung pengetahuan untuk eksplorasi dan penciptaan melalui pembelajaran
mandiri. Definisi kompetensi baru harus segera ditemukan melalui penelusuran
dan penelitian tentang tujuh domain dalam kompetensi mengajar guru vokasi
(Ye-weon Jeon, dkk: 2017) yaitu teaching design, teaching and learning
guidance, research on teaching content, research on teaching methods, career
and interpersonal relationship guidance, management support for school and
class, cooperation.
Selain peran
pendidik, pendidikan vokasi harus menyiapkan bimbingan karir dan pengembangan
karir peserta didik, lebih mengutamakan kompetensi lulusannya nanti seperti apa
daripada ijasahnya, membentuk akses untuk pendidikan yang global, meningkatkan
personal development khususnya tentang keterampian sosial. Selain itu untuk
penataan kelembagaan, program studi yang ada tidak perlu diganti dengan yang
baru akan tetapi lebih pada menyesuaikan sesuatu yang baru kedalam program
studi yang sudah ada, meningkatkan kinerja pendidikan vokasi pada level yang
lebih tinggi dengan menerapkan model pembelajaran problem solving dan berpikir
system, serta keterhubungan dengan pihak industri yang sesuai dengan kebutuhan
lapangan kerja.
Dalam kontek
pembelajaran abad 21, pembelajaran yang menerapkan kreativitas, berpikir
kritis, kerjasama, keterampilan komunikasi, kemasyarakatan dan keterampilan
karakter, tetap harus dipertahankan bahwa sebagai lembaga pendidikan vokasi
peserta didik tetap memerlukan kemampuan teknik. Pemanfaatan berbagai aktifitas
pembelajaran yang mendukung industry 4.0 merupakan keharusan dengan model
resource sharing dengan siapapun dan dimanapun, pembelajaran kelas dan lab
dengan augmented dengan bahan virtual, bersifat interaktif, menantang, serta
pembelajaran yang kaya isi bukan sekedar lengkap. Melalui kesadaran terhadap
tantangan yang sudah ada di dunia kerja melalui revolusi industry 4.0, dan kesiapan
untuk berubah akan mendekatkan pendidikan vokasi pada kondisi ketenagakerjaan
sekarang dan masa depan.
Sudah waktuya kurikulum didesign kembali dan secara bertahap
mengembangkan kurikulum pendidikan yang mampu mengarahkan dan membentuk anak
didik siap menghadapi era revolusi industri dengan penekanan pada bidang Sains,
Technology, Engineering and Mathematic atau STEM. Kurikulum sudah harus mengacu
pada pembelajaran dalam teknologi informasi, internet of things, big data dan komputerisasi, serta entrepreneurship dan internship. Ini perlu menjadi kurikulum wajib guna menghasilkan
lulusan terampil dalam aspek literasi data, literasi teknologi dan literasi
manusia.
Sementara itu, Latip (2018) mengemukakan bahwa
setidaknya ada 4 kompetensi yang harus dimiliki
oleh guru pada era revolusi industri 4.0 ini, yakni 1) guru harus mampu melakukan penilaian secara komprehensif; 2) Guru
harus memiliki kompetensi abad 21:
karakter, akhlak dan literasi; 3)
Guru harus mampu menyajikan modul
sesuai passion siswa; dan 4) Guru harus mampu melakukan
autentic learning yang inovatif.
Dalam pidatonya Muhadjir Effendy pada
kegiatan Hardiknas 02 Mei 2018 di Universitas Negeri Yogyakarta, menyampaikan
bahwa hadirnya revolusi industri 4.0 membuat dunia kini mengalami perubahan
yang semakin cepat dan kompetitif. Untuk menghadapi itu, Mendikbud menilai
perlu merevisi kurikulum dengan menambahkan lima kompetensi. Yakni,
Pertama diharapkan peserta
didik memiliki kemampuan
berpikir kritis. Kedua, diharapkan peserta didik memiliki kreatifitas dan
memiliki kemampuan yang inovatif. Ketiga, kemampuan dan keterampilan
berkomunikasi. Keempat, kemampuan bekerjasama dan berkolaborasi, dan terakhir,
diharapkan peserta didik memiliki kepercayaan diri.
Jadi dapat
disimpulkan revolusi industry 4.0 ini pendidikan di hadapkan dengan perubahan.
Pendidik harus mampu menanggapi perubahan ini, karena peran penyampai
pengetahuan akan segera berubah menjadi peran peran pendamping untuk menemukan
dan menciptakan melalui belajar mandiri. Maka dari itu pendidik vokasi harus
belajar cepat berubah bekerjasama dengan industry dan mengenali kompetensi baru
seperti apa yang dibutuhkan oleh industry 4.0 melalui pemanfaatan berbagai
data.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Revolusi
Industri 4.0 yaitu perubahan yang berlangsung cepat dengan memanfaatkan
teknologi dan big data, dalam pelaksanaan proses produksi yang dulunya
dilakukan oleh manusia sekarang digantikan oleh mesin atau menggunakan
teknologi baru.
2. Karakteristik
model dari Industri 4.0 adalah kombinasi dari beberapa perkembangan teknologi
terbaru seperti sistem siber fisik, teknologi informasi dan komunikasi,
jaringan komunikasi, big data dan cloud computing, pemodelan, virtualisasi,
simulasi serta peralatan yang telah dikembangkan untuk kemudahan interaksi
manusia dengan komputer.
3. Tantangan
era Revolusi Industri 4.0 sangat komplek. Pertama, keamanan teknologi informasi
yang menyasar ke dunia pendidikan. Kedua, keandalan dan stabilitas mesin
produksi. Ketiga, kurangnya keterampilan yang memadai. Keempat, keengganan
untuk berubah para pemangku kepentingan. Kelima, hilangnya banyak pekerjaan
karena otomatisasi. Keenam, stagnasi pemanfaatan teknologi, informasi, dan
komunikasi. Ketujuh, belum meratanya perubahan kurikulum, model, strategi,
pendekatan dan guru dalam pembelajaran yang menguatkan literasi baru.
4. Era
industry 4.0 membawa perubahan serta dapat mempengaruhi system pendidikan
karena aspek efektivitas, efisiensi dan daya tarik yang ditawarkan oleh
pembelajaran berbasis teknologi digital. Yang dulunya menggunakan alat hitung
berbasis digital dihindari karena alat tersebut dapat merusak mental siswa,
sekarang alat hitung digital yang sering disebut kalkulator kini digunakan dan
dipandang untuk meningkatkan kemampuan siswa.
5. Yang
harus dilakukan dalam menghadapi revolusi industry 4.0 ini. Pendidik harus
mampu menanggapi perubahan ini, karena operan penyampai pengetahuan akan segera
berubah menjadi peran peran pendamping untuk menemukan dan menciptakan melalui
belajar mandiri. Maka dari itu pendidik vokasi harus belajar cepat berubah
bekerjasama dengan industry dan mengenali kompetensi baru seperti apa yang
dibutuhkan oleh industry 4.0 melalui pemanfaatan berbagai data. Pendidik juga
harus mengembangkan keahliannya sendiri termasuk juga bagaimana mengelola data
peserta didik, bimbingan karir melalui big data, serta peserta didik dapat
segera beradaptasi dengan perubahan.
B. Saran
Semoga hasil
penulisan makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan penulis. Kami selaku penyusun
makalah tersebut mengharapkan saran, dan ide yang bisa membangun, dan
melengkapi makalah yang dibuat tersebut dan jika ada kesalahan mohon dimaafkan.
DAFTAR PUSTAKA
Fauzan, Rahman. “Karakteristik Model dan Analisa
Peluang Industri 4.0.” Jurnal PHASTI. 2018.
Suwardana, Hendra. “Revolusi Industri 4.0 Berbasis Revolusi Mental.” Jurnal
Unik. 2017.
Ibda, Hamisullah. “penguatan literasi baru era
revolusi industry 4.0.” Jurnal RTIE. 2018.
Susilahudin Putrawangsa & Uswatun Hasanah. “integrasi teknologi
digital dalam pembelajaran di era 4.0.” Jurnal Tatsqif. 2018
Triyono, Moch
Bruri. “tantangan revolusi 4.0 bagi pendidikan vokasi.” Jurnal
seminasvoktek. 2017.
Karnawati,
D. 2017. Revolusi industri, 75% jenis
pekerjaan akan hilang. Diambil dari https://ekbis.sindonews.com/read/1183599/34/revolusi-industri-75-jenis-pekerjaan-akan-hilang-1488169341
Kasali,
R. 2017. Meluruskan Pemahaman soal
Disruption. Diambil dari https://ekonomi.kompas.com/read/2017/05/05/073000626/meluruskan.pemahaman.soal.
disruption.
Rakhmat,
J. 1997. Hegemoni budaya. Yogyakarta: Yayasan. Bentang Budaya.
Schwab, K. 2017. The fourth industrial revolution. Crown Business
Press.
Tofler, A. 1970. Future shock.
USA: Random House.
Tigowati, Agus Efendi, and Cucuk W. Budiyanto. “E-Learning Berbasis
Schoology Dan Edmodo: Ditinjau Dari Motivasi Dan Hasil Belajar Siswa SMK.”
Elinvo (Electronics, Informatics, and Vocational Education) 21, no. 1
(2017): 49–58.
Tjandrawinata, Raymond R. “Industri 4.0: Revolusi Industri Abad Ini Dan
Pengaruhnya Pada Bidang Kesehatan
Dan Bioteknologi.” Seminar
dan Konferensi Nasional IDEC (2017).
Wahyuni,Dinar.“PENINGKATAN KOMPETENSI GURU MENUJU ERA REVOLUSI INDUSTRI 4.0.”
Info Singkat (Kajian Singkat
Terhadap Isu Aktual
dan Strategis) Pusat Penelitian Badan Keahlian DPR RI 2018 X, no.
24/II/Puslit/Desember/2018
Komentar
Posting Komentar